Jumat, 20 Juni 2014

Alur Pemeriksaan Enterobacteriaceae dan Media yang Diperlukan


Alur Pemeriksaan Enterobacteriaceae dan Media yang Diperlukan

1.    Pendahuluan
Ada beberapa sifat yang harus dimiliki Enterobacteriaceae. Sifat-sifat tersebut adalah berbentuk batang, Gram negatif, tak berspora, fakultatif anaerob, memfermentasi glukosa, mereduksi nitrat menjadi nitrit, dan uji cytochrome oxidase positif.
Meskipun dinamakan Enterobacteriaceae (atau banyak yang menyebut kuman enterik), bakteri ini tidak hanya ditemukan di tractus gastrointestinalis. Tempat lain yang juga dapat ditemukan bakteri ini adalah tractus urinarius (misalnya E. coli),  meninx (misalnya E. coli), dan tractus respiratorius inferior (misalnya Klebsiella). Singkatnya, kuman enterik tidak hanya ditemukan di tractus gastrointestinalis saja.
Klasifikasi lama yang membagi Enterobacteriaceae menjadi Enterobacteriaceae oportunistik dan Enterobacteriaceae patogen ataupun patogen oportunistik dan patogen intestinal tidak relevan  lagi oleh karena dalam realitas semuanya bersifat patogen.
Sementara itu, klasifikasi lama yang membagi Enterobacteriaceae menjadi lactose fermenter dan non-lactose fermenter  ataupun non-sucrose fermenter masih sangat berguna untuk identifikasi.

  
2.    Alur Pemeriksaan
Spesimen dapat berupa tinja, usap dubur, darah, cairan tubuh, sputum, pus, urin, hapusan tenggorok, dan lain-lain. 

1    3.  Media yang diperlukan

Kaldu Selenit (Selenite Broth)
Medium ini termasuk medium pengayaan (enrichment medium). Komposisinya adalah peptone 5g, lactose 4g, sodium selenite 4g, sodium phosphate 10g, distilled water to 1 liter. Nilai pH akhir adalah 7,0. Peptone berfungsi sebagai sumber nutrien. Lactose dan sodium phosphate berguna sebagai panyangga stabilitas pH. Sodium selenite menghambat pertumbuhan E. coli dan bakteri coliform lain, dan beberapa strain Shigella. Kaldu ini dianjurkan untuk isolasi Salmonella.

Agar MacConkey
Medium ini termasuk medium diferensial selektif. Komposisinya adalah peptone 17, polypeptone 3g, lactose 10 g, bile salts 1,5g, sodium chloride 5 g, agar 13,5g, neutral red 0,03g, crystal violet 0,001 g, distilled water to 1 liter. Nilai pH akhir adalah  7,1. Peptone dan polypeptone merupakan sumber nutrien. Satu-satunya karbohidrat yang ada adalah lactose. Bile salts dan crystal violet menghambat bakteri Gram positif (khususnya Enterococcus dan Staphylococcus), bakteri Gram negatif lain, dan fungi. Koloni lactose fermenter tampak berwarna merah/pink. Warna merah/pink terjadi karena konversi indikator neutral red akibat dari produksi asam. Indikator menjadi merah/pink apabila pH dibawah 6,8. Koloni non-lactose fermenter tampak tak berwarna (colorless) ataupun transparan.

Agar Eosin Methylene Blue (EMB) (Leyine)
Medium ini sama dengan agar MacConkey termasuk medium diferensial selektif. Komposisinya adalah peptone 10 g, lactose 5g, dipotassium PO4 2 g, agar 13,5 g, eosin y 0,4 g methylene blue 0,0065 g, distilled water to 1 liter. Nilai pH akhir adalah 7,2. Peptone merupakan sumber nutrien. Satu-satunya karbohidrat adalah lactose. Eosin dan methylene blue mengambat bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif lain. Selain itu, eosin dan methylene blue akan membentuk presipitat pada pH asam. Dus, eosin dan methylene blue berfungsi pula sebagai indikator terbentuknya asam. Koloni E. coli tampak berwarna hijau-hitam dengan kilau logam (metallic sheen). Koloni Klebsiella dan Enterobacter tampak berwana unggu ataupun merah lembayung/bungur (purple). Koloni Proteus, Salmonella, Yersinia enterocolitica, dan Shigella tampak transparan.

Agar Salmonella-Shigella (SS)
Medium ini termasuk media yang sangat selektif (highy selective). Sesuai dengan namanya medium ini menghambat pertumbuhan sebagaian besar bakteri coliform dan merangsang pertumbuhan Salmonella dan Shigella. Komposisinya adalah beef extract 5g, peptone 5g, lactose 10g, bila salts 8,5g, sodium citrate 8,5 g, sodium thiosulfate 8,5 g ferric  citrate 1 g, agar 12,5 g, neutral red 0,025 g, brilliant green 0,033g, distilled water to 1 liter. Nilai pH akhir adalah 7,4. Beef extract dan peptone merupakan sumber nutrien. Satu-satunya karbohidrat yang ada adalah lactose. Kadar bile salts yang tinggi, brilliant green, dan sodium citrate menghambat semua bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif  (termasuk coliform). Sodium thiosulfate merupakan sumber sulfur. Setiap bakteri yang menghasilkan hidrogen sulfida akan terdeteksi dengan terbentuknya presipitat hitam. Presipitat ini terbentuk  dengan bantuan ferric citrate. Neutral red merupakan indikator terbentuknya asam Koloni lactase fermenter tampak berwarna merah. Koloni Salmonella tampak tak berwarna, transparan ataupun kuning sawo (amber) dengan bagian tengah berwarna hitam. Warna hitam ini disebabkan oleh produksi hidrogen sulfida. Koloni Shigella tampak tidak berwarna, transparan, ataupun kuning sawo (amber) dan tidak ada warna hitam pada bagian tengah. Strain motil Proteus yang tumbuh pada medium ini tidak menunjukkan  gambaran swarming.

DAFTAR PUSTAKA
Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS, 1998. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiollogy. 10th Edition, St Louis: Mosby, pp 150−166.
Konemen EW, Allan SD, Janda WM, Schreekenberger PC, Winn Jr. WC, 1992. Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology. 4th Edition, Philadelphia: J.B Lippincott Company, pp 105−184.
Murray PR, Baron EJ, Pfaller MA, Tenover FC, Yolken RH, 1999. Manual Of Clinical Microbiology. 7th Edition, D. C.: ASM Press,  pp 1687 −1707.



  • Tiga Tipe Umum Reaksi Bakteri Pada Agar Miring Triple Sugar Iron
Agar miring Triple Sugar Iron (TSI) dibagi menjadi 2 bagian, yakni Slant (kamar aerobis/aerobic portion) dan Butt/Deep (kamar anaerobis/anaerobic portion). Slant disebut juga kamar aerobis karena bagian ini terpapar oksigen melalui permukaan. Butt/Deep dinamakan juga kamar anaerobis oleh karena terlindung dari udara dan bersuasana relatif anaerobis. Supaya efek dua kamar (two-chamber effect) ini dapat dipertahankan, maka baik Slant maupunm Butt harus mempunyai panjang yang sama atau sekitar 3 cm/1,5 inchi.
Komposisi agar miring TSI adalah beef extract 3 g, yeast extract 3 g, peptone 15 g, proteose peptone 5 g, lactose 10 g, sucrose 10 g, glucose 1 g,  ferrous sulfate 0,2 g, sodium choride 5 g, sodium thiosulfate 0,3 g, agar 12 g, phenol red 0,024 g, distilled water to equal 1 liter. Nilai pH akhir adalah 7,4.
Beef extract, yeast extract, peptone, dan proteose peptone termasuk derivat protein. Keempat derivat protein ini menjadikan agar miring TSI sangat kaya bahan nutrisi. Lactose, sucrose, dan glucose tersebar merata di seluruh kamar. Ferrous sulfate berfungsi sebagai indikator pembentukan hidrogen sulfida. Indikator phenol red berubah menjadi kuning apabila pH di bawah 6,8 atau, dengan kata lain, phenol red merupakan indikator terbentuknya suasana asam (asidifikasi/acidification).
Ada juga medium lain yang berfungsi serupa dengan agar miring TSI. Medium  tersebut, dinamakan Kligler Iron Agar (KIA), mempunyai komposisi yang sama dengan agar miring TSI. Satu-satunya perbedaan adalah KIA tidak mengandung sucrose 10 g.
Bakteri, berdasarkan reaksinya pada agar miring TSI (dan berlaku juga pada KIA), secara umum dibagi menjadi tiga, yakni :
1.      Non Fermenter
Bakteri ini tidak memproduksi asam dari fermentasi glukosa ataupun laktosa. Atau, dengan kata lain, tidak ada fermentasi karbonhidrat. Produksi amin pada Slant bersama-sama dengan penyangga alkalin (alkaline buffer) menghasilkan warna merah diseluruh medium. Tidak ada perubahan pada media. Slant alkalin/Butt alkalin. Contoh: P. aeruginosa.
2.      Non Lactose Fermenter
Bakteri tipe ini hanya menfermentasi glukosa. Laktosa ataupun sukrosa tidak difermentasi Contoh : Shigella, Salmonella, Citrobacter, dan Proteus. Shigella tidak memproduksi hidrogen sulfida. Salmonella, Citrabacter, dan Proteus mampu menghasilkan hidrogen sulfida. Reaksi awal (inkubasi 8-12 jam pertama): Slant asam/ Butt asam. Jumlah asam hasil fermentasi cukup untuk mengubah Butt dan Slant menjadi bewarna kuning. Setelah itu, pasok glukosa habis total (Lihatlah kandungan glukosa hanya 1 gram tiap liter!). Kemudian terjadi degradasi oksidatif asam amino pada Slant. Atau, dengan kata lain, terjadi pembentukan amin alkalin (alkaline amine) dari dekarboksilasi oksidatif peptida di dekat permukaan. Peptida berasal dari kandungan protein dalam medium. Jumlah amin yang terbentuk cukup untuk menandingi sejumlah kecil asam yang ada pada Slant. Dalam waktu 18−24 jam seluruh Slant mempunyai pH alkalin dan berubah menjadi merah. Sementara itu, degradasi asam amino pada Butt tidak cukup untuk melawan asam yang terbentuk. Oleh karena itu, Butt tetap bewarna kuning. Reaksi akhir (setelah inkubasi 18−24 jam): Slant alkalin/Butt asam.
3.      Lactose (Sucrose) Fermenter 
Bakteri tipe ini memfermentasi glukosa dan laktosa atupun glukosa dan sukrosa. Meskipun glukosa telah habis difermentasi setelah inkubasi 8−12 jam, namun fermentasi tetap berlangsung oleh karena bakteri tipe ini mampu memanfaatkan laktosa ataupun sukrosa. Dus, apabila tabung diamati pada akhir jangka waktu inkubasi 18−24 jam, produksi asam dari fermentasi laktosa masih terus berlangsung Terjadi asidifikasi permanen-lengkap Slant dan Butt. Slant asam/Butt asam. Butt dan Slant tampak  berwarna kuning. Contoh: E. coli, Enterobacter, Klebsiella, dan Yersinia enterocolitica.


DAFTAR PUSTAKA
Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS, 1998. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. 10th Edition, St. Louis: Mosby, pp 424−446.
Koneman EW, Allen SD, Janda WM, Schreekenberger PC, Winn Jr. WC, 1992. Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology. 4th Edition, Philadelphia: J.B Lippincott Company, pp 105−184.

Enterobacteriaceae Oportunistik

Secara historis Enterobacteriaceae dibagi menjadi dua golongan yakni patogen oportunistik dan patogen intestinal. Secara tradisional patogen intestinal meliputi genera Salmonella, Shigella, dan Yersinia. Enterobacteriaceae – selain ketiga genera tersebut – digolongkan ke dalam patogen oportunistik. Namun demikian perkembangan terkini mengenai hubungan genetik antara Escherichia coli dan Shigella disertai dengan penemuan mekanisme penyakit diare membuat penggolongan ini menjadi kabur. Sampai saat ini masih sulit dikatakan suatu spesies tertentu patogen oportunistik ataukah patogen enterik. Penggolongan ini masih cukup bermanfaat ditinjau dari aspek klinis oleh karena mayoritas infeksi yang ditimbulkan oleh patogen oportunistik  tidak melibatkan saluran pencernaan. Semua patogen oportunistik mempunyai kemampuan menyebabkan penyakit yang serupa, tetapi epidemiologi, frekuensi, keparahan, dan penatalaksanaan penyakit yang ditimbulkan berbeda-beda (Joklik et al., 1988).

DAFTAR PUSTAKA
Joklik WK, Willet HP, Amos DB, Wilfert CM, 1988. Zinsser Microbiology. 19th Edition, Connecticut: Prentice-Hall International Inc., pp 464−472. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar