Alur
Pemeriksaan Enterobacteriaceae dan
Media yang Diperlukan
1. Pendahuluan
Ada beberapa sifat
yang harus dimiliki Enterobacteriaceae. Sifat-sifat tersebut adalah berbentuk
batang, Gram negatif, tak berspora, fakultatif anaerob, memfermentasi glukosa,
mereduksi nitrat menjadi nitrit, dan uji cytochrome
oxidase positif.
Meskipun
dinamakan Enterobacteriaceae (atau banyak yang menyebut kuman enterik),
bakteri ini tidak hanya ditemukan di tractus gastrointestinalis. Tempat
lain yang juga dapat ditemukan bakteri ini adalah tractus urinarius (misalnya
E.
coli), meninx (misalnya E.
coli), dan tractus respiratorius inferior (misalnya Klebsiella). Singkatnya, kuman enterik tidak hanya
ditemukan di tractus gastrointestinalis saja.
Klasifikasi
lama yang membagi Enterobacteriaceae menjadi Enterobacteriaceae oportunistik dan Enterobacteriaceae patogen ataupun patogen oportunistik dan patogen
intestinal tidak relevan lagi
oleh karena dalam realitas semuanya bersifat patogen.
Sementara
itu, klasifikasi lama yang membagi Enterobacteriaceae menjadi lactose
fermenter dan non-lactose fermenter ataupun non-sucrose fermenter masih sangat
berguna untuk identifikasi.
2. Alur Pemeriksaan
Spesimen
dapat berupa tinja, usap dubur, darah, cairan tubuh, sputum, pus, urin, hapusan
tenggorok, dan lain-lain.
1 3. Media yang diperlukan
Kaldu Selenit (Selenite
Broth)
Medium
ini termasuk medium pengayaan (enrichment medium). Komposisinya adalah peptone
5g, lactose 4g, sodium selenite 4g, sodium
phosphate 10g, distilled water to 1 liter. Nilai pH
akhir adalah 7,0. Peptone berfungsi sebagai sumber nutrien. Lactose
dan sodium phosphate berguna sebagai panyangga stabilitas pH. Sodium
selenite menghambat pertumbuhan E. coli dan bakteri coliform
lain, dan beberapa strain Shigella.
Kaldu ini dianjurkan untuk isolasi Salmonella.
Agar
MacConkey
Medium ini
termasuk medium diferensial selektif. Komposisinya adalah peptone 17, polypeptone
3g, lactose
10 g, bile salts 1,5g, sodium chloride 5 g, agar
13,5g, neutral red 0,03g, crystal violet 0,001 g, distilled
water to 1 liter. Nilai pH akhir adalah
7,1. Peptone dan polypeptone merupakan sumber
nutrien. Satu-satunya karbohidrat yang ada adalah lactose. Bile
salts dan crystal violet menghambat bakteri Gram positif (khususnya Enterococcus dan Staphylococcus), bakteri Gram negatif
lain, dan fungi. Koloni lactose fermenter tampak berwarna
merah/pink. Warna merah/pink
terjadi karena konversi indikator neutral red akibat dari produksi
asam. Indikator menjadi merah/pink apabila pH dibawah 6,8. Koloni non-lactose
fermenter tampak tak berwarna
(colorless)
ataupun transparan.
Agar
Eosin Methylene Blue (EMB) (Leyine)
Medium ini sama
dengan agar MacConkey termasuk medium diferensial selektif. Komposisinya adalah
peptone
10 g, lactose 5g, dipotassium PO4 2 g, agar
13,5 g, eosin y 0,4 g methylene blue 0,0065 g, distilled
water to 1 liter. Nilai pH akhir adalah 7,2. Peptone merupakan sumber
nutrien. Satu-satunya karbohidrat adalah lactose. Eosin dan methylene
blue mengambat bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif lain.
Selain itu, eosin dan methylene blue akan membentuk presipitat
pada pH asam. Dus, eosin dan methylene blue berfungsi pula
sebagai indikator terbentuknya asam. Koloni E. coli tampak berwarna
hijau-hitam dengan kilau logam (metallic sheen). Koloni Klebsiella dan Enterobacter tampak berwana unggu ataupun
merah lembayung/bungur (purple). Koloni Proteus, Salmonella,
Yersinia
enterocolitica, dan Shigella tampak
transparan.
Agar
Salmonella-Shigella (SS)
Medium ini
termasuk media yang sangat selektif (highy selective). Sesuai dengan
namanya medium ini menghambat pertumbuhan sebagaian besar bakteri coliform
dan merangsang pertumbuhan Salmonella dan Shigella. Komposisinya adalah beef
extract 5g, peptone 5g, lactose 10g, bila salts 8,5g, sodium
citrate 8,5 g, sodium thiosulfate 8,5 g ferric
citrate 1 g, agar 12,5 g, neutral red 0,025 g, brilliant
green 0,033g, distilled water to 1 liter. Nilai pH
akhir adalah 7,4. Beef extract dan peptone merupakan sumber nutrien.
Satu-satunya karbohidrat yang ada adalah lactose. Kadar bile salts yang tinggi, brilliant
green, dan sodium citrate menghambat semua bakteri Gram positif dan
bakteri Gram negatif (termasuk coliform).
Sodium
thiosulfate merupakan sumber sulfur. Setiap bakteri yang menghasilkan
hidrogen sulfida akan terdeteksi dengan terbentuknya presipitat hitam. Presipitat
ini terbentuk dengan bantuan ferric
citrate. Neutral red merupakan indikator terbentuknya asam Koloni lactase
fermenter tampak berwarna merah. Koloni Salmonella tampak tak berwarna,
transparan ataupun kuning sawo (amber) dengan bagian tengah berwarna
hitam. Warna hitam ini disebabkan oleh produksi hidrogen sulfida. Koloni Shigella
tampak tidak berwarna, transparan, ataupun kuning sawo (amber) dan tidak ada
warna hitam pada bagian tengah. Strain motil Proteus yang tumbuh
pada medium ini tidak menunjukkan
gambaran swarming.
DAFTAR
PUSTAKA
Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS, 1998. Bailey
& Scott’s Diagnostic Microbiollogy. 10th Edition, St
Louis: Mosby, pp 150−166.
Konemen EW, Allan SD, Janda WM,
Schreekenberger PC, Winn Jr. WC, 1992. Color Atlas and Textbook of Diagnostic
Microbiology. 4th Edition, Philadelphia: J.B Lippincott
Company, pp 105−184.
Murray PR, Baron EJ, Pfaller MA, Tenover
FC, Yolken RH, 1999. Manual Of Clinical Microbiology. 7th
Edition, D. C.: ASM Press, pp 1687 −1707.
- Tiga Tipe Umum Reaksi Bakteri Pada Agar Miring Triple Sugar Iron
Agar miring Triple
Sugar Iron (TSI) dibagi menjadi 2 bagian, yakni Slant (kamar aerobis/aerobic
portion) dan Butt/Deep (kamar anaerobis/anaerobic
portion). Slant disebut juga kamar aerobis karena bagian ini terpapar
oksigen melalui permukaan. Butt/Deep dinamakan juga kamar anaerobis
oleh karena terlindung dari udara dan bersuasana relatif anaerobis. Supaya efek
dua kamar (two-chamber effect) ini dapat dipertahankan, maka baik Slant maupunm Butt harus mempunyai panjang
yang sama atau sekitar 3 cm/1,5 inchi.
Komposisi agar
miring TSI adalah beef extract 3 g, yeast extract 3 g, peptone
15 g, proteose peptone 5 g, lactose 10 g, sucrose 10 g, glucose
1 g, ferrous sulfate 0,2 g, sodium
choride 5 g, sodium thiosulfate 0,3 g, agar
12 g, phenol red 0,024 g, distilled water to equal 1 liter.
Nilai pH akhir adalah 7,4.
Beef
extract, yeast extract, peptone,
dan proteose
peptone termasuk derivat protein. Keempat derivat protein ini
menjadikan agar miring TSI sangat kaya bahan nutrisi. Lactose, sucrose, dan glucose
tersebar merata di seluruh kamar. Ferrous sulfate berfungsi sebagai
indikator pembentukan hidrogen sulfida. Indikator phenol red berubah
menjadi kuning apabila pH di bawah 6,8 atau, dengan kata lain, phenol
red merupakan indikator terbentuknya suasana asam (asidifikasi/acidification).
Ada juga medium
lain yang berfungsi serupa dengan agar miring TSI. Medium tersebut, dinamakan Kligler Iron Agar (KIA),
mempunyai komposisi yang sama dengan agar miring TSI. Satu-satunya perbedaan
adalah KIA tidak mengandung sucrose 10 g.
Bakteri,
berdasarkan reaksinya pada agar miring TSI (dan berlaku juga pada KIA), secara
umum dibagi menjadi tiga, yakni :
1.
Non Fermenter
Bakteri
ini tidak memproduksi asam dari fermentasi glukosa ataupun laktosa. Atau,
dengan kata lain, tidak ada fermentasi karbonhidrat. Produksi amin pada Slant
bersama-sama dengan penyangga alkalin (alkaline buffer) menghasilkan warna
merah diseluruh medium. Tidak ada perubahan pada media. Slant alkalin/Butt alkalin. Contoh: P. aeruginosa.
2.
Non Lactose Fermenter
Bakteri
tipe ini hanya menfermentasi glukosa. Laktosa ataupun sukrosa tidak
difermentasi Contoh : Shigella, Salmonella, Citrobacter, dan Proteus. Shigella tidak memproduksi hidrogen
sulfida. Salmonella, Citrabacter, dan
Proteus mampu menghasilkan hidrogen sulfida. Reaksi awal (inkubasi 8-12 jam
pertama): Slant asam/ Butt asam. Jumlah asam hasil
fermentasi cukup untuk mengubah Butt dan Slant menjadi bewarna
kuning. Setelah itu, pasok glukosa habis total (Lihatlah kandungan glukosa
hanya 1 gram tiap liter!). Kemudian terjadi degradasi oksidatif asam amino pada
Slant.
Atau, dengan kata lain, terjadi pembentukan amin alkalin (alkaline amine) dari
dekarboksilasi oksidatif peptida di dekat permukaan. Peptida berasal dari kandungan
protein dalam medium. Jumlah amin yang terbentuk cukup untuk menandingi
sejumlah kecil asam yang ada pada Slant. Dalam waktu 18−24 jam seluruh
Slant
mempunyai pH alkalin dan berubah menjadi merah. Sementara itu, degradasi asam
amino pada Butt tidak cukup untuk melawan asam yang terbentuk. Oleh karena
itu, Butt
tetap bewarna kuning. Reaksi akhir (setelah inkubasi 18−24 jam): Slant
alkalin/Butt asam.
3.
Lactose (Sucrose)
Fermenter
Bakteri
tipe ini memfermentasi glukosa dan laktosa atupun glukosa dan sukrosa. Meskipun
glukosa telah habis difermentasi setelah inkubasi 8−12 jam, namun fermentasi
tetap berlangsung oleh karena bakteri tipe ini mampu memanfaatkan laktosa
ataupun sukrosa. Dus, apabila tabung diamati pada akhir jangka waktu inkubasi
18−24 jam, produksi asam dari fermentasi laktosa masih terus berlangsung
Terjadi asidifikasi permanen-lengkap Slant dan Butt. Slant
asam/Butt asam. Butt dan Slant tampak berwarna kuning. Contoh: E. coli, Enterobacter,
Klebsiella, dan Yersinia enterocolitica.
DAFTAR
PUSTAKA
Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS, 1998. Bailey
& Scott’s Diagnostic Microbiology. 10th Edition, St.
Louis: Mosby, pp 424−446.
Koneman EW, Allen SD, Janda WM, Schreekenberger
PC, Winn Jr. WC, 1992. Color Atlas and Textbook of Diagnostic
Microbiology. 4th Edition, Philadelphia: J.B Lippincott
Company, pp 105−184.
Enterobacteriaceae Oportunistik
Secara
historis Enterobacteriaceae dibagi menjadi dua golongan yakni patogen
oportunistik dan patogen intestinal. Secara
tradisional patogen intestinal meliputi genera Salmonella, Shigella, dan
Yersinia. Enterobacteriaceae – selain ketiga genera tersebut –
digolongkan ke dalam patogen oportunistik. Namun demikian perkembangan terkini
mengenai hubungan genetik antara Escherichia coli dan Shigella
disertai dengan penemuan mekanisme penyakit diare membuat penggolongan ini
menjadi kabur. Sampai saat ini masih sulit dikatakan suatu spesies tertentu patogen
oportunistik ataukah patogen enterik. Penggolongan ini masih cukup bermanfaat
ditinjau dari aspek klinis oleh karena mayoritas infeksi yang ditimbulkan oleh
patogen oportunistik tidak melibatkan
saluran pencernaan. Semua patogen oportunistik mempunyai kemampuan menyebabkan
penyakit yang serupa, tetapi epidemiologi, frekuensi, keparahan, dan
penatalaksanaan penyakit yang ditimbulkan berbeda-beda (Joklik et
al., 1988).
DAFTAR
PUSTAKA
Joklik WK, Willet HP, Amos DB, Wilfert
CM, 1988. Zinsser Microbiology. 19th Edition, Connecticut:
Prentice-Hall International Inc., pp 464−472.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar