BACILLUS
Genus Bacillus
Bacillus mempunyai
berbagai sifat yakni berbentuk batang, Gram positif, berukuran besar,
aerob ketat (strict aerobes), ataupun anaerob fakultatif.
Bacillus banyak ditemukan pada tanah, air, dan debu.
Menurut Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology, sampai saat ini
telah ditemukan 34 spesies Bacillus. Bacillus berperan sebagai kontaminan, berperan
pada keracunan makanan, dan dapat bersifat patogen. Beberapa strain
Bacillus berperan pada produksi antibiotika misalnya polimiksin dan basitrasin.
Bacillus cereus
B.
cereus bersifat motil dan tidak sensitif
terhadap penisilin. B. cereus menghasilkan paling tidak 2 jenis
enterotoksin. Kuman ini menyebabkan beberapa penyakit, antara lain:
1.
keracunan makanan,
2.
pneumonia dan
bronkopneumonia.
Keracunan
makanan karena B. cereus dibagi menjadi 2 sindrom klinis yakni masa inkubasi
pendek dan masa inkubasi panjang. Masa inkubasi pendek memerlukan waktu 4 jam
dan mempunyai gejala nausea hebat ataupun vomitus. Gejala masa inkubasi pendek
menyerupai gejala keracunan makanan karena Staphylococcus. Sementara itu, masa
inkubasi panjang memerlukan waktu 17 jam dan mempunyai gejala kram perut
ataupun diare. Gejala masa inkubasi panjang menyerupai gejala keracunan makanan
karena Clostridium.
Obat pilihan
untuk infeksi B. cereus adalah klindamisin. Selain itu dapat juga diberikan
aminoglikosida, vankomisin, tetrasiklin, ataupun eritromisin.
Bacillus subtilis
B.
subtilis banyak ditemukan pada debu, air
payau, dan sayuran. Kuman ini banyak berperan sebagai kontaminan dan dapat
menyebabkan berbagai penyakit misalnya meningitis, endokarditis, dan infeksi
mata. Kuman ini sensitif terhadap antibiotika β-lactam.
Bacillus
stearothermophilus
Kuman ini sering
dipergunakan untuk mengukur/menilai efektivitas otoklaf ataupun metoda
sterilisasi lain.
Bacillus thuringiensis
Kuman ini bersifat
patogenik untuk larva Lepidoptera.
Bacillus anthracis
Penyakit antraks
disebabkan oleh Bacillus anthracis. Antraks mula-mula merupakan penyakit pada
hewan herbivora misalnya domba, kambing, kuda, babi, ataupun lembu/sapi. B.
anthracis pertama kali diisolasi pada tahun 1877 oleh Robert Koch.
B.
anthracis berbentuk batang panjang lurus.
Kuman ini berukuran 3−5 μm (panjang) dan 1−1,2 μm (lebar). Kuman ini bersifat
nonmotil. Apabila sediaan berasal dari darah ataupun jaringan, kuman akan
tampak sendiri-sendiri ataupun berpasangan. Pada kultur tampak koloni putih
abu-abu, tepi seperti rambut, dan tidak ada hemolisis pada agar darah. Spora
dibentuk di dalam biakan, tanah, jaringan, dan eksudat hewan mati bukan di
dalam darah ataupun jaringan hewan yang masih hidup. Spora berbentuk elipsoidal
(menyerupai elips) dan terletak di tengah.
B.
anthracis sangat tahan terhadap perubahan
lingkungan fisik dan kimiawi. Spora kuman ini dapat tahan bertahun-tahun pada
padang rumput. Spora dapat diinaktivasi pada suhu 1200C dan waktu
yang diperlukan untuk menginaktivasi 15 menit. Sementara itu, sel vegetatif
dapat dihancurkan 540C dan waktu yang diperlukan untuk penghancuran
30 menit.
Sampai saat ini
terdapat 3 antigen B. anthracis yakni polisakarida kapsular, antigen somatik
polisakarida, dan toksin protein kompleks.
Tes Ascoli
merupakan salah satu cara diagnosis infeksi B. anthracis. Ekstrak
lien hewan yang mati dengan dugaan karena antraks dicampur dengan serum
antiantraks dari kelinci. Terbentuknya presipitat di antara kedua bahan
menunjukkan hasil tes yang positif.
B.
anthracis juga menghasilkan eksotoksin.
Toksin antraks terdiri dari 3 komponen protein yaitu antigen protektif (protective
antigen), faktor letal (lethal factor), dan faktor edema (edema
factor).
Manfestasi
klinis pada manusia tergantung pada mode of infection, yakni:
1.
perkutan
(≥ 95% kasus)
Inokulasi terjadi melalui abrasi
ataupun garukan-garukan pada kulit. Banyak ditemukan pada tangan dan lengan
bawah. Klinis tampak sebagai pustula maligna.
papula→
timbul 12−24 jam setelah infeksi
↓
furunkel
kecil
↓
vesikula→
berisi cairan serosanguinus
↓
pustula→
berisi cairan seropurulen
↓
nekrosis→
bagian tengah hitam dikelilingi oleh daerah edema yang
kemerahan
Apabila terjadi gangren lokal dan
disertai infeksi sistemik dapat menyebabkan kematian dalam waktu 5 atau 6 hari.
Namun, penderita dapat sembuh apabila diterapi dengan baik. Spesimen pada kasus
ini adalah cairan/sekret dari lesi dan pus.
2. perinhalasi
Banyak diderita oleh orang-orang
yang mengolah/menangani produk hewan ternak. Sering disebut woolsorter’s
disease. Klinis berupa pneumonia berat. Perjalanan penyakit berupa:
inhalasi sel kuman/spora à
spora menjadi bentuk vegetatif à
menyebar secara limfogen ke seluruh paru-paru dan pleura à
menyebar secara hematogen ke seluruh tubuh. Spesimen yang diperlukan adalah
sputum dan darah.
3. ingesti
Sel kuman/spora berasal dari daging
mentah hewan yang terinfeksi dengan antraks. Kasus ini relatif jarang tejadi. Klinis
berupa enteritis yang berat. Gejala berupa feses berdarah disertai kelemahan
umum. Dapat menimbulkan kematian. Spesimen yang diperlukan adalah feses.
Obat terpilih
untuk antraks adalah penisilin. Selain itu, obat yang dapat dipergunakan adalah
tetrasiklin ataupun eritromisin.
Pencegahan yang
dapat dilakukan meliputi:
1.
isolasi binatang yang
terinfeksi atau yang dicurigai terinfeksi sedangkan bangkai binatang dikubur
dalam-dalam,
2.
sterilisasi
produk-produk herbivora yang berasal dari daerah endemis.
3.
mengenakan pelindung
pada waktu mengolah produk-produk yang terinfeksi, dan
4.
imunisasi aktif pada
herbivora di daerah endemis.
Tambahan:
B. anthracis
|
B. cereus
|
B. thuringiensis
|
|
Pembentukan
kapsul
|
±
|
-
|
-
|
Sensitivitas
terhadap penisilin
|
Sensitif
|
Resisten
|
Resisten
|
Motilitas
|
-
|
+
|
+
|
Hemolisis
β pada agar darah domba
|
±
|
±
|
±
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar