Pemeriksaan Mikrobiologis Feses
(Suplemen Kuliah Pakar)
Akhmad Sudibya
Bagian Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Pendahuluan
Pemeriksaan Mikrobiologis Feses berarti mencari mikroba pada feses. Yang
dimaksud mikroba adalah bakteri, virus, jamur, dan parasit. Tentang deteksi
parasit pada feses sudah tersedia topik tersendiri yaitu Pemeriksaan
Parasitologis Feses.
Spesimen Feses
Selain spesimen feses yang diperoleh secara langsung (stool specimen)
dapat pula dipergunakan spesimen yang diperoleh melalui usapan dubur/rektal (rectal
swab). Usapan dubur sangat cocok diterapkan pada bayi dan manusia
lanjut usia. Usapan dubur lebih efektif daripada feses untuk perburuan Shigella
spp., Clostridium difficile, dan Neisseria gonorhoeae.
Feses dan usapan dubur merupakan spesimen untuk mencari
penyebab infeksi pada saluran pencernaan
bagian bawah. Sementara itu, untuk menemukan penyebab infeksi pada saluran
pencernaan bagian atas dapat dipergunakan muntahan (vomitus material),
hasil bilasan lambung (gastric washings), hasil aspirasi
isi duodenum (aspiration of duodenal contents), dan hasil biopsi lambung.
.
Tempat Menampung Feses
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Pertama, tempat menampung
feses harus bersih, bermulut lebar, dan
dapat ditutup rapat. Bersih tidak berarti harus steril. Kedua, tempat menampung
feses harus bebas pengawet, deterjen, dan ion logam. Ketiga, tempat menampung
feses tidak boleh terkontaminasi urin. Keempat, feses harus diberi bahan
pengawet seandainya tidak langsung diperiksa. Contoh bahan pengawet yang
digunakan adalah kombinasi natrium/kalium fosfat + gliserol.
Pengiriman Feses
Feses harus ditempatkan di dalam wadah yang tertutup dengan baik. Pada
etiket wajib dicantumkan identitas pasien, informasi yang diinginkan, dan
keadaan klinis pasien. Obat yang telah diberikan kepada pasien – terutama
antibiotika − wajib dicantumkan.
Media Transpor
Prinsip pemilihan media transpor adalah mikroba yang dicari harus tetap
hidup, atau lebih baik lagi, apabila bertambah banyak dan mikroba yang tidak
diburu tidak tumbuh berlebihan, atau lebih bagus lagi, apabila tidak tumbuh
sama sekali. Oleh karena itu, pilihan media transpor yang dipakai harus selalu
berdasarkan mikroba yang dicurigai.
Media transpor dibagi menjadi dua, yaitu media transpor
umum dan media transpor khusus. Contoh media transpor umum adalah kaldu pepton,
medium Stuart, buffer glycerol saline, dan Cary & Blair. Teladan untuk
media transpor khusus adalah kaldu selenite cystine, Kaufmann, dan
alkali pepton. Kaldu selenite cystine (SC) dipergunakan untuk
deteksi Salmonella. Kaufmann lazim dipakai untuk pengejaran bakteri Shigella.
Alkali pepton sangat bagus dimanfaatkan untuk pelacakan Vibrio.
Metode Pemeriksaan
Metode pemeriksaan dalam bidang mikrobiologi klinik meliputi pemeriksaan
mikroskopis, penanaman pada media perbenihan, uji kepekaan, pemeriksaan
imunologis, dan pemeriksaan mikrobiologi molekuler.
Pemeriksaan mikroskopis dibagi menjadi dua, yaitu
pemeriksaan mikroskopis tanpa pengecatan dan pemeriksaan mikroskopis dengan pengecatan.
Penanaman dalam media perbenihan bertujuan memperoleh isolat
murni. Media yang dipergunakan ada dua macam, yaitu media umum dan media
khusus. Prinsip pemilihan media didasarkan pada mikroba yang akan dicari.
Uji kepekaan bertujuan memperoleh obat yang paling tepat
untuk mikroba tertentu. Obat yang paling tepat untuk mikroba tertentu terkenal
dengan istilah drug of choice.
Contoh pemeriksaan imunologis dalam bidang mikrobiologi
adalah Uji Widal dan Uji Wassermann. Uji Widal berdasarkan prinsip reaksi
aglutinasi. Uji Wassermann berdasarkan prinsip uji fiksasi komplemen (complement
fixation test).
Pemeriksaan mikrobiologi molekuler memanfaatkan
prinsip-prinsip biologi molekuler. Contoh pemeriksaan mikrobiologi molekuler
adalah polymerase chain reaction (PCR).
Flora Komensal dan Bakteri Patogen pada Saluran
Pencernaan Bagian Bawah
Flora komensal pada saluran pencernaan bagian bawah meliputi Staphylococcus
saprophyticus, Staphylococcus epidermidis, Enterococcus,
Escherichia
coli, Pseudomonas, sebagian besar bakteri anaerob, dan sebagainya.
Bakteri patogen
pada saluran pencernaan bagian bawah mencakup Staphylococcus aureus,
ETEC, EPEC, Yersinia enterocolitica, Salmonella, Shigella, Vibrio
cholerae, Campylobacter, Clostridium difficile, dan
sebagainya.
Tipe-Tipe Diare
Diare dibagi menjadi tiga tipe. Tipe-tipe tersebut adalah diare
noninflamatori (noninflammatory diarrhea), diare inflamatori (inflammatory
diarrhea), dan diare pada penyakit sistemik. Istilah lain untuk diare
noninflamatori adalah diare sekretori (secretory diarrhea) dan diare encer
(watery
diarrhea). Sinonim diare inflamatori adalah diare berdarah (bloody diarrhea) dan disenteri (dysentery).
Diare Noninflamatori
Diare Noninflamatori melibatkan usus halus proksimal. Penyebab Diare
Noninflamatori adalah Norovirus, Rotavirus, Adenovirus Enterik, Astrovirus,
ETEC, EAggEC, Vibrio cholerae, Clostridium perfringens, Bacillus
cereus, Staphylococcus aureus, Giardia lamblia, Cryptosporidium
parvum, Isospora belli, Cyclospora cayetensis, dan
mikrosporidia.
Diare Inflamatori
Diare Inflamatori melibatkan usus besar. Mikroba yang menyebabkan Diare
Inflamatori bersifat invasif terhadap usus (enteroinvasive microorganisms).
Penyebab Diare Inflamatori adalah Entamoeba histolytica, Shigella
spp., EIEC, EHEC, Salmonella enteridis, Campylobacter
jejuni, Vibrio parahaemolyticus, dan Clostridium difficile.
Sampai saat ini, virus belum terbukti sebagai penyebab Diare Inflamatori.
Diare Pada Penyakit
Sistemik
Salah satu contoh Diare Pada Penyakit Sistemik adalah Demam Enterik. Istilah
lain untuk Demam Enterik adalah Demam Tifoid. Diare Pada Penyakit Sistemik
melibatkan usus halus distal. Penyebab Diare Pada Penyakit Sistemik adalah Salmonella
typhi, Salmonella non-typhi, Yersinia enterocolitica,
dan Campylobacter
spp.. Virus dan parasit belum terbukti secara empiris sebagai penyebab
Diare Pada Penyakit Sistemik.
Kondisi Khusus dan Agen
Infeksius
Agen infeksius yang terlibat dapat diprediksi dari kondisi khusus yang
mendahului. Misalnya, diare setelah makan nasi goreng sangat mungkin melibatkan
Bacillus
cereus. Contoh lain, diare sesudah menyantap telur paling mungkin
disebabkan oleh Salmonella spp.. Contoh lain lagi, Vibrio spp., Norovirus,
dan Virus Hepatitis A sering sekali ditemukan
pada pasien diare yang sebelumnya menikmati kerang-kerangan.
Kesimpulan
Pemeriksaan mikrobiologis feses bertujuan menemukan mikroba yang dianggap
sebagai biang keladi suatu penyakit tertentu. Metoda yang dipergunakan
tergantung pada mikroba yang akan dibidik. Secara umum, metoda yang dipakai
meliputi pemeriksaan mikroskopis, penanaman pada media perbenihan, pemeriksaan
imunologis, pemeriksaan mikrobiologi molekuler, dan uji kepekaan.
Daftar Pustaka
Anonim. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1996.
Atlas RM. Handbook of Microbiological Media. Edisi II.
Boca Raton :
CRC Press, 1997.
h. 1244−1245.
Koneman EW dkk.. Color Atlas and Textbook of Diagnostic
Microbiology. Edisi V. Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins, 1997. h. 121−170.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Pedoman Umum
Pembentukan
Istilah. Jakarta : Penerbit PT Gramedia
Widiasarana Indonesia, 1993.
Supardi I, Warsa UC. Mikrobiologi Klinis. Dalam :
Nurhasan, penyunting.
Standar
Pelayanan Medis Volume 3. Edisi I. Jakarta : Depkes RI
& IDI, 1998.
h. 245−263.
Thomas CL. Taber’s Cyclopedic Medical Dictionary.Edisi
XV. Singapore
: PG Publishing Pte Ltd, 1985, h. 551.
Taylor EJ. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary.
Edisi XXVII.
Philadelphia :
W.B. Saunders Company, 1988. h. 620.
Winn WC dkk.. Koneman’s Color Atlas and Textbook of Diagnostic
Microbiology. Edisi VI. Philadelphia : Lippincott Williams &
Wilkins, 2006. h. 67−110.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar