Jumat, 20 Juni 2014

Proteus, Shigella, Salmonella & Yersinia (NonLactose Fermenter)

PROTEUS

 Proteus banyak ditemukan pada air, tanah, dan bahan/alat yang rerkontaminasi tinja. Proteus memberikan gambaran motilitas berkerumun (swarming motility) pada agar yang tidak menghambat (non-inhibitory agar) ataupun media nonselektif misalnya lempeng agar darah. Gambaran ini jelas terlihat seperti gelombang organisme yang menyebar ke seluruh permukaan agar. Prinsipnya, Proteus harus dicurigai apabila ada gambaran swarming (Joklik et al., 1988; Koneman et al., 1992).
Proteus mirabilis merupakan spesies yang paling sering ditemukan pada manusia, teristimewa sebagai penyebab infeksi saluran kemih dan infeksi luka. Proteus vulgaris banyak dijumpai di daerah infeksi pada pasien yang mengalami imunosupresi, khususnya pasien yang memperoleh pengobatan antibiotika jangka panjang (Konemen et al., 1992).
Kunci identifikasi Proteus vulgaris adalah KIA Alk/A, Gas ±, H2S +, Ind +, MR +, VP -, Cit -/+, Mot +, dan Ure ++. Adapun kunci untuk identifkasi Proteus mirabilis adalah KIA Alk/A, Gas +, H2S +, Ind -, MR +, VP ±, Cit ±, Mot +, dan Ure ++ (Koneman et al., 1992).


SHIGELLA
Berdasarkan antigen somatik karbohidrat lipopolisakarida, Shigella dibagi menjadi 4 spesies. Empat spesies tersebut adalah S. dysenteriae (Grup A), S. flexneri (Grup B), S. boydii (Grup C), dan S. sonnei (Grup D). S. dysenteriae menimbulkan penyakit yang paling berat. Sementara itu, S. sonnei menyebabkan penyakit yang paling ringan. Atau, dengan kata lain, Shigella menyebabkan spektrum penyakit yang sangat luas, mulai dari diare encer ringan (mild watery diarrhea) sampai dengan disentri berat (severe dysentery).
Paling tidak terdapat 2 mekanisme yang dipunyai Shigella dalam merusak sel epitel usus. Pertama, proses invasi terkait dengan perubahan struktural sitoskeleton sel epitel dan dapat berakibat pada kerusakan mukosa. Kedua, kemampuan Shigella memproduksi sitotoksin yang dpaat menimbulkan kematian sel epitel. Contoh sitotoksin adalah toksin Shiga/Shigella (Shiga berasal dari nama seorang dokter dari Negeri Sakura, Kiyoshi Shiga) yang diproduksi oleh S. dysenteriae tipe 1. Seperti diketahui, S dysenteriae terdiri dari 10 serotipe. Mekanisme toksin ini adalah inaktivasi ribosom 60S.
Shigella termasuk non-lactose fermenter. Apabila ditanam pada agar miring TSI, Shigella Grup A, B, C, dan D akan memberikan gambaran Alkalin/Asam Gas (-) H2S (-). Hasil uji  biokimiawi Shigella Grup A, B, dan C, antara lain adalah MR (+), VP (-) Ind (-/+), Cit (-), Ure (-). Mot (-), Orn (-) dan ONPG (-).Hasil uji  biokimiawi Shigella Grup D adalah MR (+), VP (-) Ind (-), Cit (-), Ure (-). Mot (-), Orn (+) dan ONPG (+). Kode Orn bermakna Ornithine Decarboxylase. Kode ONPG bermakna OrthoNitroPhenyl-β-D-Galactopyranoside. Untuk membedakan secara lebih terperinci keempat spesies Shigella dapat dilakukan uji fermentasi. Shigella Grup A: laktosa (-), manitol (-), L-ramnosa (-), rafinosa (-), sukrosa (-), dan xilosa (-). Shigella Grup B : laktosa (-), manitol (+),  L-ramnosa (-), rafinosa (D), sukrosa (-), dan xilosa (-). Shigella Grup C : laktosa (-), manitol (+),  L-ramnosa (-), rafinosa (-), sukrosa (-), dan xilosa (D). Shigella Grup D : laktosa (-), manitol (+),  L-ramnosa (+), rafinosa (-), sukrosa (-), dan xilosa (-). Kode D di dalam kurung atau (D) bermakna dapat bersifat positif ataupun negatif tergantung strain-nya.


SALMONELLA
Salmonella berasal dari mana Daniel Elmer Salmon. Daniel Elmer Salmon seorang ahli patologi berkebangsaan Amerika Serikat, yang menjabat sebagai seorang ahli patologi berkebangsaan Amerika Serikat, yang menjabat sebagai Direktur Bureau of Animal Industry ketika S. cholerasuis berhasil diisolasi oleh Theobald Smith dari babi yang menderita diare-mirip-kolera (cholera-like diarrhea).
Secara garis besar, Salmonella dibagi menjadi 3 spesies. Ketiga spesies tersebut adalah S. typhi (terdiri dari 1 serotipe), S. cholerasuis (terdiri dari 1 serotipe) dan S. enteridis (terdiri dari sekitar 2.000 serotipe). Contoh serotipe  S. enteridis adalah S. enteridis serotipe newport (S. newport), S. enteridis serotipe paratyphi A (S. paratyphi A), S. enteridis serotipe dar-es-salaam (S. dar-es-salaam), S. gallinarum, S. typhimurium, dan S. schottmuelleri (S. paratyphi B).
Salmonella mempunyai beberapa antigen, misalnya antigen somatik (O,) antigen flagelar (H,) dan antigen kapsuler (K). Hospes S. typhi dan S. cholerasuis adalah manusia. Hewan dan manusia merupakan hospes S. enteridis.
Sindrom klinis yang disebabkan oleh Salmonella antara lain adalah demam tifoid (terutama disebabkan oleh S. typhi), focal infection of yascular endothelium (disebabkan oleh S. cholerasuis), osteomielitis (disebabkan oleh S. typhimurium), dan diare (disebabkan oleh banyak serotipe S. enteridis).
Apabila ditanam pada agar miring TSI, Salmonella menghasilkan gambaran  Alkali/Asam Gas (+) H2S (+). Hasil uji biokimiawi Salmonella adalah MR (+), VP (-), Ind (-) Cit (+), Ure (-), dan Mot (+). Hasil uji fermentasi Salmonella adalah :
-mayoritas serotipe: mio-Inositol (-), L-Arabinosa (+,) L-Ramnosa (+),  D-Xilosa (+)
-S. typhi: mio-Inositol (-), L-Arabinosa (-), L-Ramnosa (-), D-Xilosa (+)
-S. cholerasuis: mio-Inositol (-), L-arabinosa (-), L-Ramnosa (+), D-Xilosa (+)
-S. paratyphi A: mio-Inositol (-), L-Arabinosa (+),     L-Ramnosa (+), D-Xilosa (-)
Reaksi Widal dapat digunakan sebagai pemeriksaan penunjang untuk diagnosis demam  tifoid. Reaksi ini masih banyak diminta sampai saat ini. Reaksi ini dideskripsikan oleh A.S. Grünbaum (seorang dokter Inggris) dan Georges Fernand Isidore Widal (seprang dokter Perancis) pada tahun 1896. Pada prinsipnya reaksi ini dapat menentukan kuantitas aglutinin serum pasien demam tifoid.
Prosedurnya melibatkan penambahan suspensi sel bakteri tifoid mati ke dalam serangkaian tabung yang berisi serum pasien. Tabung yang berisi serum pasien ini diencerkan menjadi berbagai konsentrasi. Setelah serangkaian tabung ini diinkubasikan selama 30 menit pada suhu 37oC, tabung ini disentrifus dan diamati untuk melihat aglutinasi yang terjadi. Kebalikan pengenceran tertinggi di mana masih terlihat aglutinasi merupakan titer antibodi pada serum pasien. Misalnya, pengenceran terakhir di mana masih terjadi aglutinasi adalah 1:320. Ini berarti titer antibodi adalah 320 unit antibodi/ml serum. Makin tinggi titer berarti makin tinggi pula respons antibodi pasien terhadap penyakit demam tifoid.


YERSINIA
Terdapat banyak spesies Yersinia, namun ada 3 spesies yang penting dalam bidang mikrobiologi kedokteran. Ketiga spesies tersebut adalah Y. pestis, Y enterocolitica, dan Y. pseudotuberculosis.
Yersinia pestis
Y. pestis menyebabkan penyakit pes. Ada yang menggolongkan penyakit pes ini ke dalam zoonosis. Y.  pestis masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan pinjal dan inhalasi.
Y. pestis mempunyai kapsul antifigositik (antiphagocytic capsule) sehingga terhindar dari fagositosis. Selain itu, Y. pestis mampu berkembang baik di dalam makrofag. Faktor virulensi yang dimilki Y. pestis, selain kapsul antifagositik, adalah fibrinolytic enzyme (fibrinolysin), koagulase, eksotoksin, dan (Gram negative) endotoxin.
Y. enterocolitica
Y. enterocolitica dapat menyebabkan penyakit diare, keracunan makanan, limfadenitis mesenterik, artritis, eritema nodosm, ataupun septikemia. Penularan bakteri ini melalui makanan dan air yang terkomanisasi serta kontak orang ke orang (person-to-person contact). Y enterocolitica memproduksi heat stable enterotoxin. Toksin ini dapat menyebabkan diare. Apabila ditanam pada agak miring TSI, Y. enterocolitica akan memberikan gambaran Asam/Asam Gas (-) H2S (-). Hasil uji biokimiawinya adalah MR (+), VP (-) , Ind (±), Cat (-), Ure (±), dan Mot (-).
Yersinia pseudotuberculosis
Y pseudotuberculosis menyebabkan limfadenitis mensenterik pada manusia dan pseudotuberculosis pada marmot, tikus putih, dan kelinci. Baik Y. enterocolitica maupun Y. pseudotuberculosis  mampu tubuh pada suhu 40C.
Cara membedakan Y. pestis, Y enterocolitica, dan Y. pseudotuberculosis
Y pestis: Indol (-), Ornitin (-), Motilitas 250C−280C (-), Fermentasi Sukrosa (-), Ramnosa (-), Selobiosa (-), Sorbitol (-), Melibiose (v). Y. enterocolitica: Indol (v), Ornitin (+), Motilitas 250C−280C (+), Fermentasi Sukrosa (+), Ramnosa (-), Selobiosa (+), Sorbitol (+), Melibiosa (-).Y. pseudotuberculosis: Indol (-), Ornitin (-), Motilitas 250C−280C (+), Fermentasi Sukrosa (-), Ramnosa (+), Selobiosa (-), Sorbitol (-), Melibiosa (+). Kode (v) berarti 11%-89% strain positif.

DAFTAR PUSTAKA
Benson HJ, 1998. Microbiological Applications. 7th Edition, Massaschusetts: WCB/McGraw-Hill, pp 219−220.
Forbes BA, Sahm DF, Weissfeld AS, 1998. Bailey & Scott’s Diagnostic Microbiology. 10th Edition, St. Louis: Mosby, pp 509−526.
Joklik WK, Willet HP, Amos DB, Wilfert CM, 1988. Zinsser Microbiology. 19th Edition, Connecticut: Prentice-Hall International Inc., pp 464−472.
Koneman EW, Allen SD, Janda WM, Schreekenberger PC, Winn Jr. WC, 1992. Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology. 4th Edition. Philadelphia: J.B Lippincott Company, pp 105−184.
Murray PR, Baron EJ, Pfaller MA, Tenover FC, Yolken RH, 1999. Manual Of Clinical Microbiology. 4th Edition, Washington, D.C.: ASM Press, pp 442−458.
Schaechter M, Medoff G. Eeisentein BI, 1993. Mechanisms of Microbial Disease. 2nd Edition Baltimore: Williams & Wilkins, pp 264−280.
Taylor EJ. 1988. Dorland’s Illustrated Medical Dictionary. 27th Edition, Philadelphia: W.B Saunders Company, pp 1515, 1861−1862.

Tortora GJ. Funke BR, Case CL. 1995. Microbiology An Introduction. 5th Edition, Philadelphia: The Benjamin/Cummings Publishing Company Inc., pp 278−279, 625. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar