Jumat, 20 Juni 2014

Enterobacter & Klebsiella

ENTEROBACTER

Selama bertahun-tahun nama yang dipergunakan untuk menyebut Enterobacter adalah Aerobacter aerogenes. Hal ini disebabkan oleh produksi gas yang lebih berlebihan oleh banyak strain Enterobacter. Perubahan nama ini dilakukan oleh Edwards dan Ewing pada tahun 1962 (Konemen et al., 1992).
Ada dua spesies Enterobacter yang paling banyak dijumpai pada spesimen klinis. Kedua spesies tersebut adalah Enterobacter aerogenes dan Enterobacter cloacae. Kedua spesies ini banyak ditemukan pada air, kotoran (sewage), tanah, dan sayur-sayuran. Kedua spesies merupakan bagian dari flora enterik komensal dan tidak dianggap sebagai penyebab diare. Kedua spesies juga dikaitkan dengan serangkaian infeksi oportunistik yang melibatkan saluran kemih, saluran pernapasan, dan luka-luka pada kulit serta infeksi nosokomial. Kadang-kadang kedua  spesies ini dapat menyebabkan septikemi dan meningitis (Koneman et al.,  1992; Tortora et al ., 1995).
Kunci untuk identifikasi Enterobacter aerogenes adalah KIA As/As, Gas ++, H2S - , Ind -, MR -, VP +, Cit +, Mot+, dan Ure -. Sementara itu, kunci untuk identifikasi Enterobacter cloacae adalah KIA As/As, Gas ++, H2S -, Ind -, MR -,VP +,  Cit +, Mot +, dan Ure ± (Koneman et al., 1992).


KLEBSIELLA
Nama Klebsiella diperoleh dari nama seseorang ahli mikrobiologi Jerman Edwin Klebs (akhir abad XIX). Carl Friedlander juga pernah menulis secara panjang lebar mengenai Klebsiella. Oleh karena itu, Klebsiella disebut pula dengan nama lain Friedlander bacillus. Selama bertahun-tahun Friedlander bacillus terkenal sebagai penyebab pneumonia (Koneman et al., 1992).
Apabila pada lempeng isolasi primer ditemukan koloni besar dengan konsistensi mukoid, maka kehadiran Klebsiella harus diwaspadai. Pada agar MacConkey koloni tampak besar, mukoid dan  berwarna merah disertai dengan pigmen merah  yang lazimnya menyebar ke agar  sekelilingnya. Hal ini merupakan petunjuk adanya fermentasi laktosa dan produksi asam. Ternyata tidak semua strain Klebsiella mempunyai koloni mukoid. Seluruh spesies Klebsiella bersifat nonmotil. Uji indol dapat dipergunakan untuk membedakan dua spesies terpenting yakni Klebsiella pneumoniae (Uji Indol negatif) dan Klebsiella oxytoca (Uji Indol positif). (Koneman et al., 1992).
Klebsiella pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia, enteritis, meningitis, infeksi saluran kemih, dan septikemi. Spesies Klebsiella banyak tersebar di dalam dan saluran pencernaan manusia dan hewan. Hampir setengah isolat Klebsiella oxytoca yang dikirim ke CDC (Centers for Disease Control and Prevention) berasal dari feses. Spesimen dari darah menduduki peringkat kedua. Klebsiella ozaenae banyak dikaitkan dengan rhinitis atrophicans (ozena) dan infeksi purulen membrana mukosa hidung (Joklik et al., 1988; Koneman et al., 1992)
Salah satu kunci penting identifikasi Klebsiella pneumoniae adalah KIA As/As Gas ++, H2S -, Ind -, MR -, VP +, Cit +, Mot -, dan Ure +. Sementara itu, kunci penting untuk identifikasi Klebsiella oxytoca sama dengan kunci Klebsiella pneumoniae kecuali Ind + (Koneman et al., 1992).




DAFTAR PUSTAKA
Joklik WK, Willet HP, Amos DB, Wilfert CM, 1988. Zinsser Microbiology. 19th Edition, Connecticut: Prentice-Hall International Inc., pp 464−472.
Koneman EW, Allen SD, Janda WM, Schreckenberger PC, Winn Jr. WC, 1992. Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology. 4th Edition, Philadelphia: J.B. Lippincott Company, pp 105−184.

Tortora GJ, Funke BR, Case CL, 1995. Microbiology An Introduction. 5th Edition, California: The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc., pp 278−279. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar