ENTEROBACTER
Selama bertahun-tahun
nama yang dipergunakan untuk menyebut Enterobacter adalah Aerobacter aerogenes.
Hal ini disebabkan oleh produksi gas yang lebih berlebihan oleh banyak strain Enterobacter.
Perubahan nama ini dilakukan oleh Edwards dan Ewing pada tahun 1962 (Konemen et
al., 1992).
Ada dua spesies Enterobacter yang paling banyak dijumpai pada
spesimen klinis. Kedua spesies tersebut adalah Enterobacter aerogenes
dan Enterobacter
cloacae. Kedua spesies ini banyak ditemukan pada air, kotoran (sewage),
tanah, dan sayur-sayuran. Kedua spesies merupakan bagian dari flora enterik
komensal dan tidak dianggap sebagai penyebab diare. Kedua spesies juga
dikaitkan dengan serangkaian infeksi oportunistik yang melibatkan saluran
kemih, saluran pernapasan, dan luka-luka pada kulit serta infeksi nosokomial.
Kadang-kadang kedua spesies ini dapat
menyebabkan septikemi dan meningitis (Koneman et al., 1992; Tortora et al ., 1995).
Kunci untuk
identifikasi Enterobacter aerogenes adalah KIA As/As, Gas ++, H2S
- , Ind -, MR -, VP +, Cit +, Mot+, dan Ure -. Sementara itu, kunci untuk
identifikasi Enterobacter cloacae adalah KIA As/As, Gas ++, H2S
-, Ind -, MR -,VP +, Cit +, Mot +, dan
Ure ± (Koneman et al., 1992).
KLEBSIELLA
Nama Klebsiella
diperoleh dari nama seseorang ahli mikrobiologi Jerman Edwin Klebs (akhir abad
XIX). Carl Friedlander juga pernah menulis secara panjang lebar mengenai Klebsiella.
Oleh karena itu, Klebsiella disebut pula dengan nama lain Friedlander bacillus. Selama bertahun-tahun Friedlander
bacillus terkenal sebagai penyebab pneumonia (Koneman et
al., 1992).
Apabila pada
lempeng isolasi primer ditemukan koloni besar dengan konsistensi mukoid, maka
kehadiran Klebsiella harus diwaspadai. Pada agar MacConkey koloni tampak besar,
mukoid dan berwarna merah disertai
dengan pigmen merah yang lazimnya
menyebar ke agar sekelilingnya. Hal ini
merupakan petunjuk adanya fermentasi laktosa dan produksi asam. Ternyata tidak
semua strain Klebsiella mempunyai koloni mukoid. Seluruh spesies Klebsiella bersifat
nonmotil. Uji indol dapat dipergunakan untuk membedakan dua spesies terpenting
yakni Klebsiella pneumoniae (Uji Indol negatif) dan Klebsiella
oxytoca (Uji Indol positif). (Koneman et al., 1992).
Klebsiella
pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia,
enteritis, meningitis, infeksi saluran kemih, dan septikemi. Spesies Klebsiella
banyak tersebar di dalam dan saluran pencernaan manusia dan hewan. Hampir
setengah isolat Klebsiella oxytoca yang dikirim ke CDC (Centers for Disease Control and
Prevention) berasal dari feses. Spesimen dari darah menduduki peringkat
kedua. Klebsiella ozaenae banyak dikaitkan dengan rhinitis atrophicans
(ozena) dan infeksi purulen membrana mukosa hidung (Joklik et al., 1988; Koneman et
al., 1992)
Salah satu kunci
penting identifikasi Klebsiella pneumoniae adalah KIA
As/As Gas ++, H2S -, Ind -, MR -, VP +, Cit +, Mot -, dan
Ure +. Sementara itu, kunci penting untuk identifikasi Klebsiella oxytoca sama
dengan kunci Klebsiella pneumoniae kecuali Ind + (Koneman et
al., 1992).
DAFTAR
PUSTAKA
Joklik WK, Willet HP, Amos DB, Wilfert
CM, 1988. Zinsser Microbiology. 19th Edition, Connecticut:
Prentice-Hall International Inc., pp 464−472.
Koneman EW, Allen SD, Janda WM,
Schreckenberger PC, Winn Jr. WC, 1992. Color Atlas and Textbook of Diagnostic
Microbiology. 4th Edition, Philadelphia: J.B. Lippincott
Company, pp 105−184.
Tortora GJ, Funke BR, Case CL, 1995. Microbiology
An Introduction. 5th Edition, California: The
Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc., pp 278−279.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar